Rabu, 25 November 2009

Kota Malang Mulai Terendam Banjir

Kota Malang nulai mengalami banjir dan tanah longsor memasuki musim hujan ini. Hari jumat kemarin jalan kampung Kelurahan Kasin Sepanjang 15 meter longsor tergerus air sungai. Sementara itu, sejumlah rumah di kawasan itu tergenang hingga setinggi pinggang.

Kota Malang di guyur hujan deras disertai angin sejak pukul 12.30 hingga 14.00. akibatnya, di sejumlah lokasi mincul genangan air dan pohon tumbang seperti di Celaket,Klojen. Pada hari yang sama, Di Kelurahan Bunulrejo, Kecamatan Blimbing, terjadi hujan es sebesar kelereng.

Wali Kota Malang, Peni Suparto menuturkan hingga kini bencana di Kota Malang tidak jauh dari persoalan banjir. Salah satu penyebebnya adalah meningkatya hunian di kota seiring pertambahan jumlah penduduk sehingga daerah resapan air berkurang. Untuk itu, Pemkot Malang menyerukan pembuatan sumur resapan guna menaggulangi genangan air yang menyebabkan banjir.

Di Kabupaten Malang, beberapa daerah yang rawan banjir adalah Kecamatan Ampelgading, Tirtoyudo, Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Bantur, dan Kasembon.
Adapun daerah rawan longsor antara lain daerah Pujon, Kasembon, Ngantang, Poncokusumo, Wajak, Ampelgading, Dampit, Tirtoyudo, Sumbermanjing Wetan, Gedangan, serta daerah Wonosari Kecamatan Nganjum. Setiap tahun, Kabupaten Malang menganggarkan dana Rp 5 miliar untuk tanggap darurat.

Oleh sebab itu, DPRD DKI Jakarta meminta pemerintah propinsi focus dalam membangun rumah susun sederhana sewa di dekat sungai. Rumah susun di perlukan untuk memindahkan penduduk yang tinggal di bantaran sungai.

Jika tak ada rusun, warga di tepi sungai akan menolak proyek pengerukan dan normalisasi sungai. Penolakan akan menjadi hambatan yang sangat serius dalam proyek penanganan banjir.

Pembangunan rusun sedarhana sewa di perlukan untuk merelokasi warga di bantaran sungai. Selain menggangu proses pengerukan, keberadaan mereka mempercepat pendangkalan dan penyempitan sungai.

Sebanyak 70.000 unit rusun perlu dibangun untuk menampung semua warga di bantaran sungai. namun, gubernur belum menentukan lokasi yang di pilih untuk pembangunan dan target penyelesaian rusun itu.
Salah satu daerah di kota Malang yang terkenal rawan banjir adalah kawasan Perumnas Sawojajar dan sekitarnya. Beberapa sudut di kawasan ini sering terdapat genangan air sesaat pada musim hujan terutama yang intensitasnya tinggi, sungguh ironis karena kawasan ini adalah kawasan Perumnas sekaligus jalur dari kota Malang ke Sawojajar, Madyopuro dan Mulyorejo. Sehingga perlu ditunjang oleh fasilitas yang sangat memadai sesuai dengan kebersihan dan kesehatan lingkungan kota.
Meskipun waktu terjadinya relatif tidak terlalu lama, namun banjir dirasa sangat menghambat upaya menciptakan kota yang memenuhi syarat nyaman, aman, tertip dan sehat. Karena selain mengurangi keindahan lingkungan di kawasan ini banjir juga mengakibatkan terganggunya aktifitas manusia, lalu lintas menjadi tidak lancar dan dapat mempercepat kerusakan konstruksi jalan.
Yang juga menjadi masalah bagi kota malang adalah bahwa sebenarnya di kawasan ini sudah terdapat saluran drainasenya, tetapi masih ada banjir atau genganag air.
Ada beberapa hal yang kemungkinan menjadi penyebab terjadinya banjir atau genangan air di kawasan ini, yaitu :
- Curah hujan tinggi.
- Elevasi inlet drainase yang lebih tinggi dari elevasi jalan.
- Ditutupnya daerah atau tempat penampungan air hujan dan dijadikan atau didirikan kantor, rumah dan perluasan jalan serta taman.
- Berkurangnya tempat air merembes ke tanah ( infiltrasi ) karena betonisasi dan aspal.
- Saluran drainase yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya yang disebabkan oleh :
a. Tersangkutnya atau berkumpulnya lumpur, sampah atau material di saluran.
b. Ditutupnya inlet karena pengaspalan.
c. Kurangnya perawatan.
- Saluran drainase yang sudah tidak mampu lagi menampung dan mengalirkan air hujan dan air buangan. dari kondisi di atas maka perlu diadakan suatu gagasan atau studi evaluasi terhadap sistem drainase yang sudah ada di kawasan ini agar didapat penyelesaian atau pemecahan masalah banjir atau genangan air dengan dampak negatifnya.
Banjir bisa mengakibatkan gangguan kesehatan. Kejadian banjir akan membuat populasi terganggu. Saat populasi terganggu maka akan ada keseimbangan alamiah populasi yang terganggu. Bahkan kematian juga dapat terjadi. Sebenarnya, kejadian banjir dapat diperkirakan kedatangannya karena hampir setiap tahun terulang. Dengan monitoring dan sistem pencatatan yang baik rencana mitigasi bencana dapat dikembangkan.
Dampak bencana yang diakibatkan oleh banjir pada kehidupan masyarakat di antaranya adalah:
1. Gangguan keselamatan (Mis: cedera, kematian)
2. Kesehatan (mis: mortalitas, morbiditas, gangguan sistem pelayanan kesehatan)
3. Kesejahteraan masyarakat (mis: malnutrisi)
4. Ekologi (hilangnya habitat, berkurangnya keragaman spesies)
5. Isu keuangan (kehilangan properti, jeratan hutang), dsb.
Kondisi ini akan semakin diperparah dengan munculnya wabah berbasiskan banjir seperti leptospirosis, diare (termasuk cholera dan disentri), infeksi saluran nafas, hepatitis A dan E, demam tiphoid, dan penyakit lainnya yang berbasiskan vektor. Banjir juga biasanya menghancurkan sarana dan prasarana transportasi sehingga menyebabkan suplai makanan terhambat. Akibatnya, pengungsi korban banjir terancam kelaparan.
Kejadian bencana banjir yang mengancam beberapa daerah di wilayah Indonesia termasuk di Jawa Barat dan sekitarnya, seolah tidak pernah menyadarkan pemerintah daerah akan arti pentingnya menjaga lingkungan hidup. Bencana banjir yang sering terjadi pada musim hujan merupakan kesalahan dari sistem pemerintah, yang kurang siap untuk mengantisipasi krisis lingkungan. Padahal, fenomena banjir ini hampir tiap berganti tahun terus mengancam.
Akan tetapi, itu semua tidak pernah dijadikan satu pelajaran oleh pemerintah, untuk mengatasi dan mengadakan upaya preventif. Pemerintah daerah baru sadar bertindak, ketika bencana banjir telah menewaskan beberapa orang. Inilah sistem penyelenggaraan pemerintah yang kurang tanggap terhadap persoalan sosial. Sistem pemerintahan daerah yang jelek dan kurang peduli terhadap pengelolaan lingkungan hidup.
Sementara itu, sistem pemerintah daerah yang baik (good governance) adalah dengan pengelolaan lingkungan hidup yang baik, ini jelas memiliki korelasi sangat positif antara pemerintah daerah dan masyarakat. Oleh karena itu, pengelolaan lingkungan hidup yang baik mencerminkan tingkat penyelenggaraan pemerintah daerah yang baik. Pemerintah tentu saja perlu menyadari bahwa kelalaian untuk mengurus lingkungan ini, jelas akan menyebabkan kerugian umat manusia, di antaranya terjadinya bencana banjir dan kerugian harta dan barang-barang yang berada di rumah serta nyawa manusia hilang.
Pemerintah daerah perlu menyadari secara serius, kesalahan kebijakan di bidang lingkungan hidup akan sangat merugikan, baik dari segi ekonomi, kesehatan, lingkungan hidup itu sendiri, kehancuran budaya masyarakat yang terkait lingkungan, ketahanan sosial, dan kualitas kehidupan manusia. Kesadaran terhadap lingkungan harus menjadi bagian integral dari keseluruhan kebijakan pembangunan. Lingkungan hidup tidak boleh menjadi sekadar aspek pinggiran, setelah ekonomi.

Referensi : kompas
digilib.itb.ac.id
tegarrezavie.multiply.com
www.pikiran-rakyat.com

1 komentar:

  1. hey there, gw heni, exchange student in the US,
    tau site tentang masalah lingkungan di koa malang kah ?
    i do really need sources from my research .
    if you dont mind please email me at niemaghfie@yahoo.com
    thanks iah sebelum na . XD

    BalasHapus